Khamis, 11 Disember 2008

Kisah Garam Kehidupan


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu nampak murung."Kenapa kau selalu murung, nak?

Bukankah banyak hal yang indah didunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya."Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab anak murid .Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."Si murid pun bergerak perlahan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta."Cuba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru.

"Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit."Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis kerana meminum airmasin."Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Masin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis kemasinan."Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.

"Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau. "Sekarang, cuba kau minum air danau itu," kata Sang Guru . Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar , Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?""Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya . Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumberair di atas sana.Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang tersisa di mulutnya."Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?""Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas."Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.


"Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang haruskau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."Si murid terdiam, mendengarkan."Tapi Nak, rasa `masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itujadi sebesar danau."

9 ulasan:

Tirana berkata...

Cerita yang menarik..

Kehidupan kita tidak pernah terlepas dari masalah. Satu masalah pergi, sepuluh masalah datang. Terlalu fokus pada satu-satu masalah juga mungkin membuat diri tertekan tapi bukanlah satu tindakan yang bijak untuk lari dari masalah.Bagi saya, memandang masalah itu sebagai sesuatu yang positif, sedikit sebanyak membantu kita menjadi tenang.Ketenangan itulah yang membolehkan kita berfikir secara rasional untuk mencari penyelesaiannya.

erisya nor berkata...

Jinggo , tertarik dengan kisah tuh...analogi yang amat baik. Jinggo memang seorang peminat setia buku...

Unknown berkata...

Puan saya semakin seronok membuat ' persembahan ' berdasarkan cerita begini. Sebab saya yakin kepada keinginan besar saya mengujudkan dan mengiringi ' kawan2 ' mengujudkan masyarakat Madani @ dan masyarakat yg baik2...sebagaimana kata puan - teori2 begini hanya satu ' pendekatan ' sebab yg lainnya semua kemahuan diri ( yg bukan mudah )

Saya selalu ajak dan asuh diri sendiri : bercakap serupa bikin walaupun kadang2 gelodak hati + emosi yg menjadikan kita kadang2 terbabas..semuga diberikan kekuataan untuk berhadapan dengan garam demi garam kehidupan...

siti_m berkata...

pernah membaca kisah ini tapi baca lagi kerana penceritaan yang menarik. tahniah jinggo kerana banyak membawa kisah yang memberi pengajaran.

Unknown berkata...

Puan Erisya : Saya membaca dengan dua tujuan : satu minat kedua tuntutan kerjaya. Hasil keduanya menjadikan saya ulat buku...

Dari segi tuntutan kerjaya : saya bergerak atas kapasiti saya dan saya yakin dengan kemahuan persekitaran yang banyak membantu: ini satu pendekatan yg praktikal. bercerita...( dan saya juga boleh bermain muzik dengan baik ( gitar )...

Berkait cerita garam tu : itulah hidup kitakan......

Unknown berkata...

cgu ct m : cgu tahu tak - saya membaca dan biasa akan habis disitu.tapi hari ini bila saya tulis disini.selain berkongsi saya akan INGAT apa yg saya tulis...

saya buat 'praktikal ' dalam ceramah saya minggu lepas : 2 jam hanya sekadar bercerita dan goreng2.....memang hasilnya menarik sekali....

azlanlin berkata...

Garam semata-mata tanpa ASAM, dicampurkan dalam periuk untuk masak asam pedas rebus, tentunya kurang enak.

Maka, ASAM & GARAM sememangnya padanan yang MANTAP!

Begitu juga, asam garam dalam kehidupan... adalah rencah yang MELONJAK atau MENJATUHKAN mental, emosi dan jiwa kita!

Pilihan kita di tangan kita. Allah SWT yang menentukan segalanya...

BERANI & BERTAHAN amat sinonim untuk memacu diri!

Unknown berkata...

Bro Azlan : kritisnya.memang sengaja tidak diadakankan perkataan ASAM.Sebab asam + garam = enak untuk ditafsirkan.tapi kalau garam sahaja itulah hidup yang tidak enak....berdasarkan skop cerita diatas..begitulah.

Semakin tidak enaknya kehidupan hari ini , semakin enak untuk di kenangkan....itupun kalau kita tidak memuntahkan semua ketidakenakan tu...sebab keenakan garam adalah sebahagian dari kehidupan.....

Mak Su berkata...

sebesar swimming pool pun ok gaks, kan

Eco Kid Adventure on Facebook